Rumah Megah Tak Bertuan
Di sebuah tanjung yang menghadap ke Laut Thailand yang biru berkilauan, berdiri kokoh sebuah rumah megah. Dindingnya yang dulunya putih bersih kini dihiasi bercak-bercak lembap dan retakan halus, saksi bisu hembusan angin laut dan terik matahari Kamboja yang tak kenal ampun. Gerbang besinya yang tinggi dan berornamen tampak berkarat di beberapa bagian, engselnya menjerit lirih setiap kali tertiup angin.
Penduduk lokal di sekitar Victory Beach seringkali melirik rumah itu dengan campuran rasa kagum dan sedikit ngeri. Mereka menyebutnya "Rumah Tidur Naga", bukan karena arsitekturnya yang menyerupai naga, melainkan karena keheningan abadi yang menyelimutinya, seolah seekor naga raksasa sedang tertidur lelap di dalamnya.
Konon, rumah itu dibangun oleh seorang pengusaha asing kaya raya yang tiba-tiba menghilang bertahun-tahun lalu. Tidak ada yang tahu pasti ke mana perginya. Beberapa mengatakan ia kembali ke negaranya, yang lain berbisik tentang hutang besar dan pelarian tengah malam. Yang jelas, sejak kepergiannya, rumah itu dibiarkan kosong, mewahnya perlahan terkikis oleh waktu dan alam.
Seorang pemuda bernama Dara, yang bekerja sebagai pemandu wisata freelance, sering melewati rumah itu saat mengantar turis ke Secret Beach. Ia selalu tertarik dengan aura misterius yang terpancar dari bangunan itu. Fasadnya yang megah dengan pilar-pilar tinggi dan balkon-balkon luas mengundang imajinasinya untuk berkelana. Ia membayangkan pesta-pesta mewah yang pernah diadakan di sana, tawa riang yang mungkin pernah menggema di ruang-ruangannya yang kini sunyi.
Suatu sore yang mendung, saat tidak ada turis yang bisa ia antar, Dara memberanikan diri mendekati rumah itu. Gerbangnya tidak terkunci, hanya tertutup oleh rantai berkarat yang tergantung longgar. Dengan hati-hati, ia mendorong gerbang itu dan melangkah masuk ke halaman yang luas dan tak terawat.
Pepohonan palem yang dulunya tertata rapi kini tumbuh liar, daun-daunnya berguguran menutupi jalan setapak yang dulu mungkin dihiasi kerikil putih. Kolam renang yang luas tampak mengering, dasarnya dipenuhi daun-daun kering dan lumut hijau. Patung-patung dewa dan dewi Khmer yang dulu mungkin berdiri anggun di taman, kini tampak kusam dan kehilangan sebagian detailnya.
Dara berjalan perlahan menuju pintu utama. Pintunya yang terbuat dari kayu jati tebal tampak lapuk, catnya mengelupas di beberapa tempat. Ia mencoba memutar kenopnya, dan आश्चर्यnya, pintu itu tidak terkunci. Dengan jantung berdebar, ia mendorong pintu itu perlahan dan melangkah masuk.
Udara di dalam rumah terasa dingin dan pengap, bercampur dengan bau debu dan kelembapan. Cahaya sore yang redup едва mampu menembus jendela-jendela besar yang tertutup tirai tebal. Dara mengedarkan pandangannya. Ruang tamu yang luas dengan langit-langit tinggi tampak kosong. Hanya siluet samar perabotan yang tertutup kain putih tebal yang bisa ia lihat.
Ia berjalan lebih dalam, menyusuri lorong-lorong panjang yang menghubungkan kamar-kamar yang jumlahnya tak terhitung. Di setiap ruangan, ia menemukan sisa-sisa kemewahan yang memudar: lampu kristal yang berdebu, lukisan-lukisan besar yang warnanya memudar, dan piano tua yang tutsnya menguning.
Di salah satu kamar tidur di lantai atas, Dara menemukan sebuah meja rias yang masih menyimpan beberapa botol parfum kosong dan sebuah bingkai foto yang terbalik. Dengan hati-hati, ia membalikkan bingkai itu. Di dalamnya, terdapat foto seorang wanita cantik berambut panjang yang tersenyum lembut. Siapakah dia? Apakah dia pemilik rumah ini? Atau mungkin istri pengusaha yang menghilang itu?
Saat hari mulai gelap, Dara merasakan bulu kuduknya meremang. Keheningan rumah itu terasa semakin mencekam. Setiap suara gesekan angin atau derit lantai kayu terdengar begitu keras di telinganya. Ia merasa seperti ada sesuatu yang mengawasi dari balik kegelapan.
Dengan perasaan campur aduk antara penasaran dan takut, Dara memutuskan untuk keluar dari rumah itu. Ia menutup pintu dengan hati-hati dan berjalan kembali menuju gerbang. Saat menoleh ke belakang, siluet rumah megah itu tampak semakin menakutkan dalam rembulan sabit yang samar.
Sejak hari itu, Dara tidak pernah lagi berani masuk ke dalam "Rumah Tidur Naga". Namun, rasa ingin tahunya tetap membara. Ia terus mencari informasi tentang pemilik rumah itu, berharap suatu hari misteri di balik rumah megah tak bertuan itu akan terungkap. Dan setiap kali ia melewati tanjung itu, ia selalu melirik ke arah rumah itu, bertanya-tanya tentang kisah tragis atau misterius yang tersembunyi di balik dinding-dindingnya yang bisu.
Comments
Post a Comment