Perasaan Yang Merepotkan
- Get link
- X
- Other Apps
Namanya Risa, dan perasaan yang merepotkan itu bernama keraguan. Bukan keraguan biasa yang muncul sesekali sebelum mengambil keputusan penting. Keraguan Risa adalah kabut tebal yang menyelimuti setiap aspek kehidupannya, dari hal sepele seperti memilih menu makan siang hingga keputusan besar tentang karir dan hubungan.
Setiap pagi, ketika alarm berbunyi, keraguan langsung menyergapnya. "Apakah aku benar-benar ingin bangun sekarang? Bagaimana jika hari ini akan buruk?" Saat memilih pakaian, puluhan pertanyaan berkecamuk di benaknya. "Apakah warna ini cocok? Apakah model ini membuatku terlihat gemuk? Bagaimana jika orang lain menertawakanku?"
Di kantor, keraguan menjadi momok yang lebih menakutkan. Setiap kali ada tugas baru, bisikan-bisikan kecil di benaknya mulai merongrong kepercayaan dirinya. "Apakah aku mampu melakukan ini? Bagaimana jika aku gagal? Apa kata atasanku nanti?" Akibatnya, Risa seringkali menunda pekerjaan, memeriksa ulang pekerjaannya berkali-kali hingga larut malam, dan selalu merasa cemas meskipun pekerjaannya sebenarnya baik-baik saja.
Dalam hubungan sosial, keraguan Risa semakin menjadi-jadi. Ketika berbicara dengan orang lain, dia selalu bertanya-tanya apakah ucapannya terdengar bodoh atau menyinggung. Setelah percakapan selesai, dia akan memutar ulang setiap kata yang diucapkannya, mencari-cari potensi kesalahan atau interpretasi negatif. Akibatnya, Risa cenderung menarik diri, takut untuk berinteraksi lebih dalam karena khawatir akan melakukan kesalahan.
Yang paling menyakitkan adalah keraguan dalam hubungan asmaranya. Risa baru saja menjalin hubungan dengan seorang pria bernama Arya. Arya adalah sosok yang hangat, perhatian, dan selalu mendukungnya. Namun, keraguan Risa terus membisikkan ketidakpercayaan di telinganya. "Apakah dia benar-benar menyukaiku? Bagaimana jika dia hanya kasihan? Bagaimana jika dia akan meninggalkanku nanti?" Pikiran-pikiran ini membuatnya menjadi posesif dan terlalu bergantung pada Arya, meskipun jauh di lubuk hatinya, dia tahu itu tidak sehat.
Keraguan itu seperti benalu yang terus menggerogoti kebahagiaan Risa. Dia iri melihat teman-temannya yang tampak begitu yakin dengan diri mereka sendiri, yang bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tanpa penyesalan. Risa merasa terjebak dalam labirin ketidakpastian yang tak berujung.
Suatu hari, Risa memberanikan diri untuk berbicara dengan seorang psikolog. Dia menceritakan semua keraguan yang selama ini menghantuinya, bagaimana perasaan itu telah merampas kegembiraan dan membuatnya merasa lelah sepanjang waktu. Psikolog itu mendengarkannya dengan penuh perhatian dan menjelaskan bahwa apa yang dialami Risa mungkin merupakan bentuk dari kecemasan yang perlu ditangani.
Proses terapi tidaklah mudah. Risa belajar untuk mengenali pola pikir negatifnya, untuk menantang setiap keraguan yang muncul, dan untuk fokus pada bukti-bukti yang bertentangan dengan keraguannya. Dia belajar untuk lebih menerima dirinya sendiri, dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Perlahan, kabut keraguan itu mulai menipis. Risa mulai berani mengambil keputusan tanpa terlalu banyak pertimbangan, mulai berinteraksi dengan lebih percaya diri, dan mulai mempercayai ketulusan Arya. Tentu saja, keraguan itu sesekali masih muncul, seperti bayangan yang enggan pergi sepenuhnya. Namun, kini Risa memiliki alat dan pemahaman untuk menghadapinya, untuk tidak membiarkannya mengendalikan hidupnya.
Perasaan keraguan memang merepotkan. Ia bisa mencuri kebahagiaan, menghambat potensi, dan merusak hubungan. Namun, Risa belajar bahwa perasaan itu bukanlah vonis mati. Dengan kesadaran diri, bantuan profesional, dan kemauan untuk berubah, seseorang bisa belajar untuk hidup berdampingan dengan keraguan, bahkan mengalahkannya, dan akhirnya menemukan kedamaian dalam kepastian diri.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment