Ketika Bintang Jatuh Cinta pada Hujan

Di hamparan langit malam yang luas dan bertaburan permata cahaya, hiduplah sebuah bintang. Bukan bintang biasa yang hanya menjadi bagian dari konstelasi, melainkan bintang yang memiliki kesadaran dan hati yang mampu merasakan. Bintang itu bernama Astra. Ia telah menyaksikan miliaran tahun berlalu, melihat peradaban naik dan turun, dan mengagumi keindahan alam semesta. Namun, di antara semua keajaiban itu, ada satu fenomena yang selalu membuatnya terpukau: hujan.

Bagi Astra, hujan adalah tarian air yang lembut, miliaran tetes yang jatuh dari awan gelap seperti air mata langit yang penuh kasih. Ia selalu iri pada Bumi, planet biru yang bisa merasakan sentuhan lembut hujan di permukaannya. Ia ingin merasakan sensasi itu, dinginnya yang menyegarkan, dan suara gemericiknya yang menenangkan.

Suatu malam, saat badai meteor melintasi galaksi, sebuah keajaiban terjadi. Astra, yang biasanya diam tak bergerak di posisinya, merasakan tarikan yang kuat. Ia terlepas dari orbitnya, meluncur dengan kecepatan cahaya menuju Bumi. Ketakutan bercampur denganExcitement memenuhi hatinya. Ia akan melihat hujan dari dekat, bahkan mungkin merasakannya.

Perjalanannya terasa singkat sekaligus abadi. Ketika ia memasuki atmosfer Bumi, gesekan membuatnya berpijar semakin terang, menjadi bintang jatuh yang memukau di mata manusia di bawah sana. Namun, Astra tidak peduli dengan keindahannya saat ini. Pikirannya hanya tertuju pada hujan yang sebentar lagi akan ia temui.

Ia jatuh semakin dekat, tepat di tengah malam yang gelap dan basah. Hujan turun dengan deras, membasahi bumi dengan jutaan tetes air. Dan kemudian, Astra merasakannya. Benturan pertama dengan atmosfer terasa seperti pelukan dingin yang menyegarkan. Semakin dalam ia menembus awan, semakin intens sentuhan hujan itu.

Astra merasa luar biasa. Setiap tetes hujan yang mengenainya terasa seperti ciuman lembut di sekujur energinya. Ia merasakan dinginnya, beratnya, dan mendengar simfoni gemericiknya yang indah. Inilah yang selama ini ia impikan. Inilah cinta pada pandangan pertama yang sesungguhnya.

Namun, kebahagiaan Astra tidak berlangsung lama. Sebagai bintang jatuh, takdirnya sudah ditentukan. Energinya semakin menipis akibat gesekan atmosfer. Ia tahu, sebentar lagi ia akan padam.

Dengan sisa cahayanya, Astra mencoba menikmati setiap detik sentuhan hujan. Ia membiarkan dirinya larut dalam tarian air yang membasahinya, mengucapkan selamat tinggal pada langit malam yang telah menjadi rumahnya selama miliaran tahun.

Di bawah sana, di sebuah taman yang sepi, seorang gadis kecil bernama Luna sedang menatap langit malam yang penuh badai. Ia melihat sebuah bintang jatuh yang sangat terang, jauh lebih terang dari bintang jatuh lainnya yang pernah ia lihat. Ia membuat permohonan dalam hatinya, tidak menyadari bahwa bintang yang ia lihat sedang merasakan kebahagiaan sekaligus perpisahan yang mendalam.

Saat Astra akhirnya padam, cahayanya menghilang ditelan kegelapan malam. Namun, energinya menyebar, menjadi bagian dari kelembapan tanah, mengalir bersama air hujan ke sungai dan lautan. Meskipun ia tidak lagi bersinar di langit, ia telah merasakan cinta yang selama ini ia dambakan.

Dan setiap kali hujan turun di Bumi, mungkin ada sebagian kecil dari energi Astra yang ikut menari bersama tetesan air, sebuah kenangan abadi tentang bintang yang jatuh cinta pada hujan, sebuah cinta yang singkat namun abadi dalam siklus alam semesta.

Comments

Popular posts from this blog

Fatamorgana

Penantian Tanpa Akhir

Ambiguitas dan Mimpi