Malam Dingin Februari

Udara sangat dingin menusuk tulang. Angin berputar-putar di jalanan kota yang sepi. Salju turun dengan tenang, menutupi tanah dengan lapisan putih.

Di sebuah rumah kecil yang nyaman, seorang wanita tua duduk di dekat perapian. Dia mengenakan selimut tebal dan menyesap secangkir teh panas. Api di perapian menari-nari, memberikan kehangatan dan cahaya.

Wanita itu melihat ke luar jendela. Salju terus turun, dan dunia tampak sunyi dan damai. Dia tersenyum, merasa bersyukur atas kehangatan dan kenyamanan rumahnya.

Tiba-tiba, dia mendengar ketukan di pintu. Dia bangkit dan berjalan menuju pintu. Ketika dia membuka pintu, dia melihat seorang pria berdiri di sana. Pria itu tampak kedinginan dan lelah.

"Selamat malam," kata pria itu. "Saya tersesat dan saya mencari tempat untuk berlindung."

Wanita itu tersenyum. "Tentu saja," katanya. "Masuklah dan hangatkan dirimu."

Pria itu masuk dan wanita itu membawanya ke dekat perapian. Dia memberinya secangkir teh panas dan selimut tebal. Pria itu mengucapkan terima kasih dan duduk di dekat perapian.

"Saya seorang musafir," kata pria itu. "Saya telah berjalan jauh dan saya sangat lelah."

"Saya mengerti," kata wanita itu. "Istirahatlah di sini malam ini dan lanjutkan perjalananmu besok."

Pria itu setuju dan wanita itu menyiapkan tempat tidur untuknya di kamar tamu. Pria itu berterima kasih padanya dan pergi ke tempat tidur.

Wanita itu kembali ke dekat perapian dan duduk di sana untuk beberapa saat. Dia memikirkan pria itu dan bertanya-tanya siapa dia dan dari mana asalnya.

Akhirnya, dia memutuskan untuk pergi tidur. Dia mematikan lampu dan naik ke tempat tidur. Dia menarik selimut di atasnya dan menutup matanya.

Dia tertidur dan bermimpi tentang pria itu. Dia melihatnya berjalan melalui hutan yang gelap dan bersalju. Dia tampak tersesat dan ketakutan.

Tiba-tiba, dia mendengar suara memanggil namanya. Dia membuka matanya dan melihat pria itu berdiri di dekat tempat tidurnya.

"Terima kasih," kata pria itu. "Kamu telah menyelamatkan hidupku."

Wanita itu tersenyum. "Sama-sama," katanya. "Aku senang bisa membantumu."

Pria itu tersenyum padanya dan kemudian dia menghilang. Wanita itu bangun keesokan harinya dan merasa segar dan bahagia. Dia tahu bahwa dia telah melakukan hal yang benar dengan membantu pria itu.

Dia pergi ke dapur dan membuat sarapan. Kemudian, dia mendengar ketukan di pintu. Dia membuka pintu dan melihat pria itu berdiri di sana.

"Selamat pagi," kata pria itu. "Saya ingin berterima kasih lagi atas kebaikanmu."

"Tidak masalah," kata wanita itu. "Aku senang bisa membantumu."

Pria itu tersenyum padanya. "Aku harus pergi sekarang," katanya. "Tapi aku tidak akan pernah melupakanmu."

Dia berbalik dan berjalan pergi. Wanita itu berdiri di sana dan melihatnya pergi. Dia tahu bahwa dia tidak akan pernah melihatnya lagi, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak akan pernah melupakannya.

Malam itu, wanita itu duduk di dekat perapian dan memikirkan pria itu. Dia bertanya-tanya siapa dia dan dari mana asalnya. Dia tahu bahwa dia tidak akan pernah tahu, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak akan pernah melupakannya.

Dia tersenyum dan menyesap tehnya. Dia merasa bahagia dan damai. Dia tahu bahwa dia telah melakukan hal yang benar.

Malam dingin Februari telah berakhir, tetapi kenangan tentang pria itu akan tetap bersamanya selamanya.

Comments

Popular posts from this blog

Fatamorgana

Penantian Tanpa Akhir

Ambiguitas dan Mimpi