Sahabat Sejati “Sahabat di Tengah Hujan”
Di sebuah desa kecil yang selalu diselimuti kabut pagi, ada dua sahabat sejati bernama Raka dan Bima. Mereka tumbuh bersama sejak kecil, bermain di ladang, berlarian di antara pepohonan, dan berbagi mimpi yang sederhana: ingin keluar dari desa untuk melihat dunia yang lebih luas.
Raka adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya. Meski hidupnya serba kekurangan, ia selalu ceria dan penuh semangat. Bima, sebaliknya, berasal dari keluarga yang cukup berada, namun ia tak pernah memandang rendah Raka. Bagi Bima, Raka adalah saudara yang selalu ada di sisinya, apapun yang terjadi.
Suatu hari, nenek Raka jatuh sakit. Dokter desa mengatakan bahwa neneknya membutuhkan obat yang hanya bisa didapatkan di kota yang jaraknya cukup jauh. Sayangnya, Raka tak memiliki uang untuk membelinya. Dengan air mata yang mengalir, Raka mengungkapkan rasa putus asanya kepada Bima.
Tanpa ragu, Bima memutuskan menjual sepeda kesayangannya—hadiah ulang tahun dari orang tuanya—untuk membeli obat tersebut. Saat Raka tahu tentang hal ini, ia menangis.
"Kenapa kamu lakukan ini, Bim? Itu sepedamu, barang kesayanganmu," ujar Raka dengan suara gemetar.
Bima tersenyum, memegang bahu sahabatnya. "Apa gunanya sepeda itu jika aku melihatmu menderita, Ra? Sahabat adalah segalanya."
Hari itu, Bima dan Raka berjalan kaki bersama ke kota, melewati jalanan berbatu dan hujan deras yang mengguyur. Dengan susah payah, mereka berhasil membeli obat untuk nenek Raka. Saat kembali ke desa, tubuh mereka basah kuyup, tapi hati mereka hangat karena tahu mereka punya satu sama lain.
Beberapa hari kemudian, nenek Raka mulai pulih. Melihat neneknya tersenyum kembali, Raka merasa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Bima. Sejak saat itu, mereka berjanji untuk terus menjaga persahabatan mereka, apapun rintangan yang harus mereka hadapi.
Bagi Raka dan Bima, persahabatan bukan hanya soal kebersamaan, tapi juga pengorbanan dan ketulusan hati.
Comments
Post a Comment