Pertemuan di Stasiun Hujan
Di sebuah kota kecil, ada sebuah stasiun kereta yang menjadi saksi pertemuan Raka dan Aulia. Suatu sore, saat hujan deras mengguyur, Aulia berdiri di bawah payung yang hampir robek, menunggu kereta yang terlambat. Raka, seorang arsitek yang baru pulang dari proyeknya, melihat Aulia yang basah kuyup dan menawarkan untuk berbagi payung.
Keduanya mulai berbicara, dan percakapan sederhana itu berubah menjadi obrolan panjang yang nyaman. Raka, yang biasanya pendiam, merasa ada sesuatu yang menarik tentang cara Aulia menceritakan hal-hal kecil dalam hidupnya. Aulia, yang sedang mengalami patah hati, menemukan kehangatan dalam senyuman Raka.
Seiring waktu, mereka sering bertemu di stasiun yang sama, menunggu kereta menuju tujuan yang berbeda. Pertemuan rutin itu perlahan menjadi lebih dari sekadar kebetulan. Raka mulai datang lebih awal, memastikan ia bisa melihat Aulia lebih lama. Aulia, meski mencoba menyangkal, mulai menanti saat-saat itu dengan degup jantung yang tak biasa.
Hingga suatu hari, Aulia memberikan sebuah buku kecil kepada Raka sebelum masuk ke kereta. Buku itu berisi catatan dan sketsa pertemuan mereka. Di halaman terakhir, tertulis: "Mungkin kita bertemu di tengah hujan, tetapi aku ingin bersamamu hingga matahari terbit."
Raka terdiam, lalu mengejar kereta Aulia, menyatakan bahwa ia pun merasakan hal yang sama.
Kenapa Cerita Ini Romantis?
- Kesederhanaan dalam Pertemuan: Pertemuan yang terjadi di tempat biasa, dengan elemen seperti hujan, memberikan kesan manis dan relatable.
- Hubungan Perlahan Terbangun: Keduanya tidak jatuh cinta secara instan, tetapi melalui momen-momen kecil yang menunjukkan ketulusan.
- Gestur Manis: Buku kecil yang berisi sketsa dan catatan menjadi simbol dari perasaan yang mendalam namun sederhana.
Comments
Post a Comment