Cermin yang Menggantung di Lorong

Di sebuah rumah tua yang terletak di pinggiran kota, terdapat sebuah lorong panjang yang hampir selalu gelap, meskipun cahaya dari luar cukup terang. Lorong itu dihiasi dengan beberapa lukisan tua yang tampak usang dan sebuah cermin besar yang tergantung di dinding sebelah kiri, berbingkai emas berornamen.

Cermin itu adalah benda yang aneh. Bukan karena bentuknya yang indah atau ukurannya yang besar, tapi karena setiap orang yang melihatnya merasakan hal yang tak biasa. Ada yang mengatakan cermin itu mengeluarkan suara-suara aneh di malam hari, suara seperti langkah kaki yang perlahan mendekat, meskipun rumah itu hanya dihuni oleh satu keluarga yang sudah lama pindah ke kota lain. Ada juga yang mengatakan bahwa bayangan yang muncul di dalam cermin bukanlah bayangan mereka sendiri, melainkan bayangan orang lain—seseorang yang sepertinya terjebak di dalamnya.

Suatu malam, seorang pemuda bernama Ardi yang baru saja pindah ke rumah itu memutuskan untuk memeriksa lorong itu. Ia merasa penasaran dengan cerita-cerita yang beredar tentang cermin tersebut. Dengan lampu senter di tangan, Ardi berjalan menyusuri lorong yang lengang, melangkah dengan hati-hati menuju cermin yang besar itu. Saat ia berdiri di depan cermin, ia menatap refleksinya dengan rasa bingung. Tidak ada yang aneh, kecuali wajahnya yang tampak lebih pucat dari biasanya. Namun, saat ia memindahkan pandangannya ke sisi kiri cermin, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Di sisi kiri cermin, di luar pandangannya, terlihat sosok lain—seorang wanita muda dengan rambut panjang yang terurai, mengenakan gaun putih kotor, berdiri diam. Wajahnya terlihat pucat, dan matanya kosong, seperti tidak ada jiwa di sana. Ardi terkejut dan mundur, tetapi sosok itu tetap ada di cermin, bergerak perlahan mengikuti setiap gerakannya. Ketika ia menolehkan kepala untuk melihat ke belakang, ia menyadari bahwa tidak ada siapa-siapa di lorong itu.

Hati Ardi mulai berdebar-debar, dan dalam ketakutan, ia berbalik untuk pergi. Namun, saat ia berbalik, sosok wanita itu—yang sebelumnya berada di sisi kiri—sekarang berdiri tepat di belakangnya, di dalam cermin. Tiba-tiba, Ardi merasa seolah ada sesuatu yang menariknya menuju cermin. Ia berusaha untuk mundur, tetapi seolah ada kekuatan tak terlihat yang menahannya. Sosok wanita itu kini tersenyum samar, dan bibirnya bergerak perlahan, meski tak ada suara yang terdengar.

"Jangan pergi," bisik suara yang terdengar begitu dekat, meskipun wanita itu tetap diam. Ardi merasa seolah-olah tubuhnya tidak bisa bergerak, seperti ada kekuatan yang mengendalikan tubuhnya.

Namun, dengan usaha terakhir, Ardi berhasil melangkah mundur dan meraih pegangan pintu lorong. Begitu ia melewati ambang pintu dan menutupnya, suara bisikan itu hilang. Cermin itu kembali tampak normal, tak ada lagi sosok wanita itu di dalamnya.

Ardi tidak pernah lagi mengunjungi lorong itu. Setiap kali ia berjalan melewati ruang itu, ia merasa mata-mata yang tidak tampak memandangnya, seolah cermin itu mengawasi setiap langkahnya. Dan yang lebih mengerikan lagi, setiap kali ia melirik cermin itu dari jauh, ia selalu merasa seolah ada bayangan yang bergerak di dalamnya—seperti sesuatu yang menunggu untuk keluar.

Comments

Popular posts from this blog

Fatamorgana

Penantian Tanpa Akhir

Ambiguitas dan Mimpi