Takdir Seorang Istri

Pagi masih basah oleh embun, dan dapur sudah ramai oleh aroma tumisan dan air mendidih. Di sudut rumah kecil itu, seorang perempuan menyingsingkan lengan baju, menyiapkan sarapan dengan gerakan yang nyaris tanpa suara.

Namanya Raras.

Orang mengenalnya sebagai istri Pak Bimo—pegawai kecamatan yang biasa saja. Rumah mereka tak pernah benar-benar sepi, tapi juga tak pernah benar-benar ramai. Anak dua, tagihan tiga, dan sisa tenaga empat persen tiap malam.

Tak ada yang luar biasa dari hidup Raras—setidaknya menurut dunia luar. Tapi di dalam dirinya, ada badai yang selalu ia redam sendiri.

Ia tidak pernah marah meski suaminya pulang larut tanpa kabar. Tidak pernah mengeluh meski belanja bulanan makin tipis. Ia tetap tersenyum saat anak-anaknya bertanya, “Bu, kita bisa makan ayam nggak minggu ini?”

Ia menjawab, “Bisa,” sambil berharap besok ada rezeki tambahan.

Malam hari, setelah semuanya tertidur, Raras duduk sendirian. Kadang menatap cermin, kadang menangis pelan. Bukan karena lemah, tapi karena lelah yang tak bisa ia bagi. Ia menulis puisi dalam hati, mencatat setiap luka dan cinta yang tak sempat diucap.

Dan esok paginya, ia bangun lebih dulu dari matahari. Menyeduh kopi untuk suami, membangunkan anak-anak, dan mengulangi semuanya dari awal—lagi, dan lagi.

**

Takdir seorang istri bukan sekadar menjadi pendamping.

Ia adalah akar yang menyokong pohon saat badai datang. Ia adalah pelita yang tak pernah minta disanjung, hanya ingin tetap menyala.

Karena dalam diamnya, ada kekuatan yang tak semua orang tahu.
Dan dalam takdirnya, ada cinta yang tak pernah minta balas.

Pada akhirnya, "takdir seorang istri" bukanlah sesuatu yang telah digariskan tanpa celah. Sebaliknya, ini adalah sebuah perjalanan yang dibentuk oleh pilihan-pilihan yang dibuat, tantangan yang dihadapi, dan pertumbuhan yang dialami sepanjang hidup. Setiap istri memiliki takdirnya sendiri yang unik, yang bisa saja meliputi:

  • Menjadi seorang ibu yang penuh kasih sayang.
  • Menjadi seorang pemimpin yang inspiratif di bidangnya.
  • Menjadi sosok yang kuat dan tangguh dalam menghadapi cobaan.
  • Menjadi mitra sejati yang selalu ada untuk pasangannya.

Yang terpenting adalah bagaimana seorang istri mendefinisikan takdirnya sendiri, menemukan makna dan tujuan dalam pernikahannya, serta menjalani kehidupan yang autentik sesuai dengan nilai-nilai dan impiannya.

Comments

Popular posts from this blog

Fatamorgana

Penantian Tanpa Akhir

Ambiguitas dan Mimpi