Setan Kerasukan Manusia
Desiran angin malam di Sihanoukville terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Jalanan yang biasanya ramai dengan turis kini sepi, hanya diterangi remang-remang lampu kafe yang sudah tutup. Di sebuah gubuk kecil di pinggir pantai, Paman Jo duduk bersila, matanya terpejam, melafalkan doa-doa kuno. Di depannya, terbaring seorang gadis muda bernama Kanya, tubuhnya bergetar hebat, mengeluarkan suara-suara aneh yang bukan miliknya.
Sudah tiga hari Kanya mengalami ini. Awalnya hanya demam tinggi, lalu tiba-tiba ia mulai berbicara dalam bahasa yang tak dikenal, suaranya berubah menjadi serak dan berat. Penduduk desa berbisik-bisik, "Setan. Kanya kerasukan." Mereka memanggil Paman Jo, seorang tetua desa yang dikenal memiliki pengetahuan tentang hal-hal gaib.
Paman Jo tahu, ini bukan demam biasa. Ada entitas jahat yang bersemayam dalam diri Kanya. Ia merasakan energi dingin dan gelap yang memancar dari tubuh gadis itu. Malam ini adalah puncaknya. Sang setan di dalam Kanya menjadi semakin kuat, seolah ingin sepenuhnya menguasai jiwanya.
"Pergi!" raung suara dalam tubuh Kanya, memekakkan telinga. "Tubuh ini milikku sekarang! Dia lemah!"
Paman Jo tidak gentar. Ia terus melafalkan ayat-ayat suci, membakar dupa dengan aroma menyengat, dan memercikkan air yang telah diberkahi. Setiap percikan membuat tubuh Kanya kejang, dan suara raungan semakin menjadi-jadi. Keringat membasahi dahi Paman Jo, namun fokusnya tak goyah. Ia tahu, peperangan ini bukan hanya tentang Kanya, tapi juga tentang menegaskan bahwa manusia memiliki kekuatan batin yang tak bisa diremehkan.
Yang mengerikan adalah ketika entitas itu mulai memutarbalikkan kenyataan, mencoba mengelabui Paman Jo. Suara Kanya tiba-tiba melirih, memohon-mohon, "Paman, ini aku. Tolong aku, Paman. Aku takut." Namun Paman Jo tahu, itu hanyalah tipuan. Mata Kanya yang terbuka menatap kosong, tanpa kehidupan.
Pertarungan batin itu berlangsung hingga fajar menyingsing. Ketika cahaya pertama menembus celah gubuk, entitas itu mengeluarkan raungan terakhir yang memilukan, lalu tubuh Kanya lemas tak berdaya. Aroma dupa kini bercampur dengan bau amis yang samar, tanda bahwa entitas itu telah pergi.
Paman Jo terhuyung, nyaris ambruk. Ia menatap Kanya. Wajah gadis itu pucat, namun napasnya teratur, dan matanya mulai berkedip, perlahan kembali mengenali sekelilingnya.
"Kanya?" panggil Paman Jo, suaranya serak.
Gadis itu menatapnya bingung, seolah baru terbangun dari mimpi buruk yang sangat panjang. Ia tak ingat apa pun yang terjadi selama tiga hari terakhir. Namun, Paman Jo tahu. Ia telah menyaksikan bagaimana sebuah setan mencoba kerasukan manusia, dan bagaimana, dengan keyakinan dan kekuatan spiritual, manusia itu dapat merebut kembali dirinya.
Peristiwa itu menjadi pengingat di Sihanoukville. Bahwa di balik keindahan pantainya, ada sisi lain kehidupan yang tak terlihat, dan bahwa kekuatan iman bisa menjadi benteng terkuat melawan kegelapan.
Comments
Post a Comment