Hal Manis Yang Tak Manis
Di pojok kota yang selalu ramai, terdapat sebuah toko roti kecil bernama "Manisan Hati." Aroma vanila dan mentega selalu semerbak di udara, mengundang siapa saja yang melintas. Pemiliknya, Bu Sari, selalu tersenyum manis, menawarkan kue-kue dan roti-roti yang tampak begitu sempurna. Namun, di balik etalase kaca yang berkilauan, tersembunyi hal manis yang tak manis.
Mira, seorang mahasiswi seni yang sering menghabiskan sorenya di sana, adalah pelanggan setia. Ia menyukai kue bolu karamel Bu Sari yang terkenal. Setiap gigitan adalah ledakan manis di lidah. Namun, seiring waktu, Mira mulai memperhatikan hal-hal kecil.
Suatu hari, ia melihat Bu Sari menegur seorang karyawan magang, seorang gadis muda bernama Lia, dengan nada yang tajam. Lia tampak menunduk, wajahnya pucat. Mira merasa tidak nyaman. Esoknya, ia mendengar percakapan Bu Sari dengan pemasok. Bu Sari menawar harga bahan baku hingga sangat rendah, bahkan ketika pemasok mengeluh tentang kenaikan biaya. Senyum manisnya tak luntur, namun di balik itu ada perhitungan yang dingin.
Puncaknya adalah ketika Mira memesan kue ulang tahun khusus untuk adiknya. Ia meminta dekorasi kupu-kupu berwarna-warni. Saat mengambil kue, Mira melihat kupu-kupu itu tampak terburu-buru, dan beberapa warnanya sedikit luntur. Ia bertanya pada Lia, yang kebetulan sedang melayani. Lia berbisik, "Bu Sari menyuruh saya menyelesaikannya dalam waktu setengah dari biasanya. Ada pesanan besar lain yang harus didahulukan."
Sore itu, di kafe ini, aku berkata padanya:
“Aku mencintaimu, tapi aku juga mencintai diriku. Dan aku tak ingin terus merasa pahit demi sesuatu yang harusnya manis.”
Mira pulang dengan kue ulang tahun itu, rasanya manis seperti biasa, tetapi ada kekecewaan yang mengganjal. Ia menyadari, "Manisan Hati" bukanlah tentang hati yang manis. Kue-kue itu dibuat dengan bahan terbaik dan resep rahasia, tapi di balik proses pembuatannya, ada tekanan, keuntungan yang diutamakan di atas segalanya, dan mungkin, sedikit eksploitasi.
Malam itu, saat adiknya meniup lilin dan berseri-seri melihat kue, Mira tersenyum. Manisnya kue itu tetap terasa, namun ia tahu sekarang bahwa manis tidak selalu berarti baik. Kadang, hal yang tampak sempurna dan menggoda di permukaan, bisa menyimpan kepahitan di dalamnya. Pengalaman itu menjadi pelajaran baginya tentang bagaimana melihat melampaui penampilan, mencari tahu cerita di balik setiap "manisan", dan memahami bahwa tidak semua yang bersinar itu emas.
Comments
Post a Comment