Hatiku Berubah di Langit Malam
Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, aku duduk di beranda kecil, menatap langit. Bukan bintang-bintang yang kucari, melainkan kehampaan. Sejak kepergiannya, duniaku terasa hambar, seolah semua warna telah luntur, menyisakan hitam dan abu-abu. Aku terperangkap dalam rutinitas duka, memutar kenangan pahit seperti kaset rusak.
Angin malam berdesir pelan, membawa aroma melati dari halaman tetangga. Biasanya, wangi itu menenangkanku, tapi kini hanya menambah sesak. Aku mendongak, mencoba mencari setitik harapan, namun yang kutemukan hanya kegelapan abadi yang menelan semua cahaya.
Tiba-tiba, sebuah bintang jatuh melintas dengan cepat, meninggalkan jejak cahaya perak yang memudar. Refleks, aku memejamkan mata, mengucapkan sebuah permohonan yang sudah lama tak kulakukan: "Semoga hatiku menemukan kedamaian." Itu adalah permohonan yang tulus, bukan lagi sekadar kebiasaan anak-anak.
Ketika kubuka mata, ada sesuatu yang berbeda. Langit malam masih pekat, namun entah mengapa, rasanya tidak lagi menakutkan. Bintang-bintang yang tadi tak kuperhatikan, kini tampak lebih terang, seolah mereka baru saja menyalakan diri. Aku melihat konstelasi yang dulu sering kami amati bersama, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, rasa hangat menjalar di dadaku, bukan lagi perih.
Aku tahu, rasa sakit itu tidak akan hilang dalam semalam. Kehilangan ini adalah bagian dari diriku sekarang. Tapi malam itu, di bawah hamparan bintang yang bergemerlapan, aku menyadari bahwa duka tidak harus menjadi penjara. Langit malam yang tadinya kupandang sebagai simbol kegelapan, kini menunjukkan kepadaku bahwa bahkan dalam pekatnya malam, ada keindahan yang tak terhingga.
Hatiku, yang selama ini beku, perlahan mencair. Bukan karena keajaiban, melainkan karena aku memutuskan untuk melihat lagi. Aku membiarkan sedikit cahaya masuk, setitik harapan untuk esok yang mungkin tidak akan sepenuhnya cerah, tapi tidak lagi sepenuhnya gelap. Malam itu, di bawah tatapan jutaan bintang, hatiku berubah. Ia tidak lagi bersembunyi dalam bayang-bayang, melainkan mulai belajar untuk bersinar, sedikit demi sedikit, seperti bintang-bintang di langit malam yang tak pernah menyerah untuk memancarkan cahayanya.
Comments
Post a Comment