9 Musim Panas dan 10 Musim Gugur

Di sebuah desa yang tenang di dekat perbukitan Sihanoukville, tempat pepohonan cashew berbaris rapi dan angin laut membawa aroma garam bercampur bunga liar, hiduplah seorang gadis bernama Sreyneang. Ia tumbuh besar di bawah hangatnya sembilan musim panas yang cerah dan menyaksikan sepuluh kali dedaunan berguguran di musim gugur yang melankolis.

Sreyneang adalah gadis yang periang, secerah mentari pagi di musim panas. Ia suka berlarian di antara pepohonan, memetik buah-buahan matang, dan bermain di tepi sungai yang mengalir tenang. Namun, ia juga memiliki sisi yang lembut dan perenung, seperti kabut tipis yang menyelimuti perbukitan di pagi musim gugur. Ia suka duduk di bawah pohon angsana yang rindang, membaca buku-buku usang yang dipinjamnya dari perpustakaan kecil di kota.

Setiap musim panas membawa kegembiraan tersendiri. Panas yang menyengat adalah waktu panen buah-buahan, saat desa dipenuhi dengan aroma manis mangga, rambutan, dan durian. Sreyneang akan membantu ibunya membuat selai dan manisan, tangannya lincah memilah buah-buahan terbaik. Malam hari diisi dengan pesta kembang api sederhana di tepi pantai, merayakan hasil panen dan kebersamaan.

Namun, musim gugur selalu membawa perasaan yang berbeda. Angin akan bertiup lebih kencang, menggugurkan daun-daun dari pohon-pohon, menciptakan karpet emas dan cokelat di tanah. Suasana menjadi lebih tenang, seolah alam sedang beristirahat. Sreyneang suka berjalan-jalan di tengah hutan yang meranggas, mengumpulkan daun-daun kering yang cantik dan merenungkan perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Di usianya yang ke-19, setelah melewati sembilan musim panas yang penuh tawa dan sepuluh musim gugur yang penuh refleksi, Sreyneang mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Keceriaan masa kecilnya mulai bercampur dengan pemikiran tentang masa depan. Ia mulai bertanya-tanya tentang dunia di luar desanya, tentang impian dan cita-cita yang ingin ia raih.

Suatu musim panas, seorang pemuda bernama Dara datang ke desa untuk membantu ayahnya yang memiliki perkebunan lada. Dara adalah seorang mahasiswa dari Phnom Penh, penuh semangat dan memiliki pandangan yang luas. Ia terpesona dengan kecerdasan dan kepekaan Sreyneang. Mereka sering berdiskusi tentang buku, seni, dan impian-impian mereka.

Musim gugur di tahun itu terasa berbeda bagi Sreyneang. Kehadiran Dara memberikan warna baru dalam keheningan alam. Mereka sering berjalan-jalan bersama di bawah pohon-pohon yang meranggas, berbagi cerita dan harapan. Sreyneang merasa ada benih cinta yang mulai tumbuh di hatinya, sehangat mentari musim panas namun selembut embun musim gugur.

Namun, musim panas berikutnya membawa perpisahan. Dara harus kembali ke Phnom Penh untuk menyelesaikan studinya. Sreyneang merasa ada sebagian dari dirinya yang ikut pergi bersama kepergian Dara. Musim gugur di tahun itu terasa lebih dingin dan sunyi dari biasanya. Daun-daun berguguran seolah ikut merasakan kesedihannya.

Sreyneang menghabiskan waktu untuk merenung di bawah pohon angsananya. Ia menyadari bahwa setiap musim memiliki keindahannya sendiri, dan setiap fase kehidupan membawa pelajaran yang berharga. Sembilan musim panas telah memberikannya kebahagiaan dan kebebasan, sementara sepuluh musim gugur telah mengajarinya tentang perubahan, refleksi, dan ketabahan.

Ia belajar bahwa cinta, seperti musim, bisa datang dan pergi. Namun, kenangan dan pelajaran yang ditinggalkannya akan tetap abadi dalam hati. Sreyneang memutuskan untuk tidak larut dalam kesedihan. Ia akan menggunakan pengalamannya untuk tumbuh dan mempersiapkan diri untuk musim-musim berikutnya dalam hidupnya.

Di musim panas berikutnya, Sreyneang memutuskan untuk meninggalkan desanya dan melanjutkan pendidikan ke kota. Ia membawa bersamanya semangat musim panas masa kecilnya dan kebijaksanaan yang ia dapatkan dari sepuluh musim gugur. Ia tahu, di luar sana menanti musim-musim baru dengan tantangan dan peluang yang berbeda.

Dan setiap kali ia merasakan kerinduan pada desanya, ia akan mengingat hangatnya sembilan musim panas dan kedamaian sepuluh musim gugur. Ia tahu, kenangan itu akan selalu menjadi bagian dari dirinya, menuntunnya dalam perjalanan hidupnya yang terus berganti musim.

Comments

Popular posts from this blog

Fatamorgana

Penantian Tanpa Akhir

Ambiguitas dan Mimpi