Hal Manis Yang Tak Manis
Diana selalu percaya bahwa cinta adalah hal termanis dalam hidup. Sejak kecil, ia tumbuh dengan cerita-cerita dongeng tentang pangeran tampan dan putri yang hidup bahagia selamanya. Ia yakin bahwa suatu hari, kisah cinta yang sempurna juga akan menghampirinya.
Lalu ia bertemu dengan Adrian. Pria yang begitu perhatian, penuh kejutan manis, dan selalu tahu cara membuatnya tersenyum. Bersama Adrian, dunia terasa seperti lagu cinta yang terus berulang tanpa henti.
Namun, seiring waktu, Diana mulai menyadari bahwa tidak semua yang terlihat manis benar-benar terasa manis. Di balik bunga-bunga yang dikirim Adrian setiap minggu, ada panggilan yang selalu harus diangkat dalam satu dering. Di balik kejutan makan malam romantis, ada pesan-pesan yang harus segera dibalas tanpa terlambat. Di balik senyum dan pelukan hangat, ada kata-kata halus yang perlahan-lahan membuatnya merasa kecil dan tak berdaya.
Cinta yang dulu terasa manis mulai terasa seperti madu yang mengental di tenggorokan—melekat, menyesakkan, dan sulit ditelan. Diana ingin pergi, tapi setiap kali ia mencoba, Adrian selalu tahu cara menariknya kembali. Kata-kata manis yang dulu menenangkan kini terasa seperti rantai yang membelenggunya.
Suatu hari, Diana berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang tampak lebih asing dari sebelumnya. Ia bertanya pada dirinya sendiri, Apakah ini cinta yang kucari?
Dan untuk pertama kalinya, ia menyadari bahwa cinta seharusnya tidak membuat seseorang merasa terkekang.
Maka, dengan satu tarikan napas, ia memilih pergi. Meninggalkan semua kenangan manis yang ternyata tak manis sama sekali.
Karena cinta yang sesungguhnya tidak hanya sekadar manis, tapi juga membebaskan.
Ungkapan "hal manis yang tak manis" merujuk kepada situasi atau pengalaman yang pada awalnya kelihatan menggembirakan atau positif, tetapi kemudiannya bertukar menjadi sesuatu yang pahit atau tidak menyenangkan. Ungkapan ini sering digunakan untuk menggambarkan ironi atau kontradiksi dalam hidup.
Comments
Post a Comment