Dihantui Masa Lalu

Malam itu, hujan turun deras di sebuah kota kecil yang sunyi. Angin berhembus kencang, membuat jendela-jendela bergetar dan ranting-ranting pohon menari liar. Di dalam rumah tua yang suram, Dinda duduk termenung di sudut kamar, menatap jendela dengan mata kosong.

Sudah bertahun-tahun ia mencoba melupakan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Namun, semakin ia berusaha melupakan, semakin bayang-bayang itu menghantuinya.

Dulu, ia dan sahabatnya, Laila, sangat dekat. Mereka selalu bersama, berbagi tawa dan mimpi. Namun, sebuah kecelakaan tragis terjadi pada malam ulang tahun Laila. Mereka sedang berjalan pulang ketika sebuah mobil melaju kencang dan menabrak Laila tepat di hadapan Dinda. Darah menggenang di jalan, dan mata sahabatnya yang dulu penuh cahaya kini kosong tak bernyawa.

Sejak saat itu, hidup Dinda tidak pernah sama lagi. Rasa bersalah selalu menghantuinya. Ia merasa jika saja ia menggandeng tangan Laila lebih erat, jika saja ia meminta Laila menunggu sebentar sebelum menyeberang, semuanya mungkin akan berbeda.

Lalu, kejadian aneh mulai terjadi. Setiap malam, Dinda mendengar suara langkah kaki di koridor rumahnya. Kadang, ia mendengar bisikan pelan yang menyebut namanya.

"Dinda..."

Suara itu begitu familiar. Seolah-olah... suara Laila.

Suatu malam, saat Dinda terbangun karena mimpi buruk, ia melihat sesuatu yang membuat jantungnya hampir berhenti. Di sudut kamar, ada sosok berdiri. Rambut panjangnya basah, pakaiannya berlumuran darah, dan matanya... kosong.

"Dinda... kenapa kau meninggalkanku?"

Dinda menjerit, tubuhnya gemetar ketakutan. Sosok itu perlahan mendekat, tangannya terulur seakan ingin meraihnya.

Sejak saat itu, Dinda tidak pernah terlihat lagi. Orang-orang hanya menemukan kamarnya dalam keadaan berantakan, dengan jendela terbuka lebar seolah seseorang telah melompat keluar.

Di cermin kamar Dinda, ada bekas tulisan samar—seperti ditulis dengan jari yang basah dan berdebu.

"Kau tidak bisa lari dari masa lalu."

Comments

Popular posts from this blog

Fatamorgana

Penantian Tanpa Akhir

Ambiguitas dan Mimpi