Saat Penyesalan Menjadi “Saksi” dan Janji Menjadi “Bukti”

Langit sore mulai meredup, meninggalkan semburat jingga di ufuk barat. Angin berhembus pelan, membawa aroma hujan yang masih tersisa di udara. Di depan sebuah makam yang masih basah tanahnya, Damar berdiri dengan tubuh kaku, matanya kosong menatap nisan yang tertulis nama seseorang yang begitu berarti baginya—Alya.

Tangannya mengepal, dingin bukan karena cuaca, tapi karena hatinya yang membeku oleh sesal.

"Alya... maaf," suaranya lirih, hampir tak terdengar.

Ia mengingat hari itu, hari terakhir mereka bertemu. Hari di mana Alya berdiri di depan pintu rumahnya, menatapnya dengan mata yang penuh harapan.

"Kamu janji, kan? Kamu akan datang?" suara Alya terdengar ragu.

Damar menghela napas panjang. "Iya, aku janji."

Alya tersenyum, lalu pergi. Ia tidak tahu bahwa senyum itu adalah yang terakhir.

Hari itu, Damar mengingkari janjinya. Ia terlalu sibuk, terlalu beralasan, terlalu percaya bahwa masih ada hari esok. Ia tidak datang. Ia tidak tahu bahwa saat ia memilih untuk tidak menepati janjinya, Alya mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang.

Kini, janji yang tak pernah ditepati itu hanya menjadi saksi bisu dari penyesalannya yang tak akan pernah terobati.

Damar berlutut, air mata yang selama ini ia tahan akhirnya jatuh.

"Kali ini, aku benar-benar janji... Aku akan selalu datang, meski hanya untuk menemui namamu di batu ini..."

Janji itu ia ucapkan dengan suara bergetar, sebuah janji yang terlambat, tapi menjadi bukti bahwa cintanya tak pernah pergi.

Dan di bawah langit senja, penyesalan menjadi saksi, dan janji akhirnya menjadi bukti—meski dalam bentuk yang tak pernah ia harapkan.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa penyesalan memang bisa menjadi "saksi" atas kesalahan kita. Namun, penyesalan tidak boleh membuat kita terpuruk. Kita harus bangkit dan menjadikan penyesalan itu sebagai motivasi untuk menjadi orang yang lebih baik.

Selain itu, cerita ini juga mengajarkan kita tentang kekuatan janji. Janji adalah "bukti" komitmen kita. Jika kita tidak bisa menepati janji, kita harus bertanggung jawab dan berusaha untuk memperbaikinya.

Comments

Popular posts from this blog

Fatamorgana

Penantian Tanpa Akhir

Ambiguitas dan Mimpi