Permainan Sang Iblis
Pada suatu malam yang gelap, sekelompok remaja—Dara, Andi, Nina, dan Bima—berkumpul di sebuah rumah tua yang konon katanya pernah menjadi tempat ritual okultisme. Mereka tertantang untuk mencoba permainan misterius yang disebut "Permainan Sang Iblis." Permainan ini ditemukan oleh Bima di internet, yang katanya bisa mengabulkan keinginan dengan satu syarat: jangan pernah menghentikan permainan sebelum selesai.
Aturan Permainan
- Siapkan lilin hitam dan cermin besar.
- Tulis keinginan di atas kertas menggunakan darah.
- Panggil Sang Iblis dengan membaca mantra yang tertera di instruksi.
- Jika ia datang, ia akan menawarkan "ujian" untuk mengabulkan keinginan.
- Jangan berhenti sebelum ujian selesai. Jika berhenti, ia akan mengambil nyawamu.
Dara yang awalnya ragu akhirnya setuju setelah Bima meyakinkan bahwa itu hanyalah permainan. Mereka semua memiliki keinginan: Dara ingin balikan dengan pacarnya, Andi ingin menjadi kaya, Nina ingin kecantikannya diakui, dan Bima hanya ingin tahu apa yang akan terjadi.
Panggilan Sang Iblis
Mereka menyalakan lilin hitam dan menaruh cermin di tengah ruangan. Setelah meneteskan darah mereka di atas kertas yang berisi keinginan masing-masing, Bima memimpin pembacaan mantra. Suasana di ruangan mulai berubah—udara terasa dingin, lilin berkedip liar, dan cermin mulai memantulkan bayangan yang tidak mereka miliki.
Kemudian terdengar suara berat dan mengerikan:
"Siapa yang memanggilku?"
Bayangan gelap muncul di cermin, menyerupai pria tinggi dengan mata merah menyala. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Sang Iblis, penjaga pintu antara dunia nyata dan keinginan terdalam manusia.
"Aku akan mengabulkan keinginan kalian, tetapi kalian harus melalui permainan ini. Apakah kalian siap?" tanyanya.
Meski ketakutan, mereka mengangguk serempak.
Permainan Dimulai
- Ujian Pertama - Dara
Sang Iblis menatap Dara dan berkata, "Kau ingin balikan dengan pacarmu? Masuk ke dalam cermin ini dan temukan dia." Dara yang penuh harapan melangkah masuk.
Di dalam cermin, ia melihat dirinya berada di taman bersama mantan pacarnya. Namun, pria itu tidak seperti yang ia kenal—matanya kosong, kulitnya pucat, dan ia terus berbisik, "Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau menyakitiku?"
Dara berteriak dan mencoba keluar, tetapi cermin itu kini menjadi permukaan padat. Dari luar, teman-temannya hanya bisa melihat bayangan Dara yang terperangkap, wajahnya penuh ketakutan.
- Ujian Kedua - Andi
Kini giliran Andi. Sang Iblis memberikan sebuah koper penuh uang. "Ambil ini, tapi kau harus meninggalkan satu hal yang paling berharga bagimu."
Tanpa berpikir panjang, Andi menerima koper itu. Namun, tiba-tiba ia merasa tubuhnya berat dan sulit bernapas. Ia melihat bayangannya di cermin—ia sudah tidak memiliki bayangan lagi. Sang Iblis tertawa, "Yang kau tinggalkan adalah jiwamu." Andi jatuh pingsan, tubuhnya tak lagi bergerak.
- Ujian Ketiga - Nina
Nina diminta untuk berdiri di depan cermin dan berkata, "Aku adalah yang tercantik." Ketika ia melakukannya, bayangannya berubah menjadi sosok menakutkan dengan wajah meleleh. Suara-suara mulai mengejeknya dari segala arah, menyebutnya palsu dan penuh dosa.
Nina menangis dan mencoba menghentikan permainan, tetapi Sang Iblis hanya tersenyum dingin, "Kau tidak boleh berhenti." Ia terperangkap dalam cermin dengan wajah yang menyerupai bayangan menyeramkan tadi.
- Ujian Terakhir - Bima
Bima, yang awalnya hanya penasaran, kini menjadi yang terakhir. Sang Iblis mendekatinya dan berkata, "Kau hanya ingin tahu, bukan? Maka lihatlah kebenaran."
Cermin berubah menjadi layar yang menampilkan dirinya di masa depan—sendiri, terisolasi, dikejar bayang-bayang keputusan buruk yang ia buat. Ia melihat teman-temannya, semuanya hilang, dan suara Sang Iblis berbisik, "Semua ini karena kau memanggilku."
Bima mencoba menghancurkan cermin, tetapi serpihan cermin itu berubah menjadi tangan yang menyeretnya masuk.
Akhir yang Menghantui
Ketika pagi tiba, rumah tua itu kosong. Lilin hitam telah padam, dan cermin di tengah ruangan pecah berkeping-keping. Polisi yang memeriksa tempat itu hanya menemukan empat kertas keinginan yang berlumuran darah, namun tak ada tanda-tanda keberadaan mereka.
Konon, jika seseorang menatap ke dalam cermin di rumah itu, ia bisa melihat bayangan keempat remaja yang terjebak, memohon bantuan yang tak akan pernah datang.
Comments
Post a Comment