Panggilan dari Dalam Hutan

Di sebuah desa terpencil, ada sebuah hutan yang dikenal sebagai "Hutan Sunyi." Warga desa percaya bahwa hutan itu dihuni oleh makhluk gaib yang bisa memanggil manusia untuk masuk dan tak pernah kembali. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada mereka yang hilang, hanya suara-suara aneh yang kadang terdengar dari dalam hutan di malam hari.

Malam itu, Siska dan teman-temannya, Dian dan Arman, memutuskan untuk membuktikan bahwa cerita itu hanyalah mitos. Mereka membawa senter, kamera, dan makanan ringan, lalu masuk ke dalam hutan meski sudah diperingatkan oleh warga setempat.

Di awal perjalanan, semuanya terasa biasa saja. Angin malam berhembus lembut, dan suara binatang hutan terdengar samar. Namun, semakin jauh mereka masuk, suasana mulai berubah. Pohon-pohon terasa semakin rapat, bayangan gelap seakan bergerak, dan udara menjadi dingin menusuk tulang.

Saat mereka berhenti untuk beristirahat, sebuah suara pelan terdengar: "Siska... Dian... Arman..."

Ketiganya saling berpandangan, bingung dan ketakutan. "Siapa yang memanggil kita?" tanya Siska. Suara itu terdengar lagi, lebih jelas, dan datang dari arah berbeda. "Siska... Dian... Arman... ke sini..."

Arman, yang paling pemberani, mencoba menenangkan yang lain. "Mungkin hanya angin atau suara gema." Ia menyalakan kameranya, berharap merekam sesuatu yang bisa dijadikan bahan lelucon. Namun, saat layar kamera menyorot ke salah satu pohon, mereka melihat sesuatu yang membuat darah mereka membeku: bayangan hitam tinggi dengan mata merah menyala sedang mengintip dari balik batang pohon.

Makhluk itu tidak bergerak, tetapi rasanya seperti sedang memperhatikan mereka. Tiba-tiba, bayangan itu menghilang, tetapi suara panggilan terdengar lebih keras dan lebih dekat: "Ke sini... cepat..."

Dian panik dan mulai berlari tanpa arah. Siska dan Arman mengejarnya, tetapi mereka segera kehilangan jejaknya. Mereka berteriak memanggil nama Dian, tetapi hanya suara mereka yang menggema. Lalu, di kejauhan, mereka melihat Dian berdiri diam dengan punggung menghadap mereka.

"Dian!" panggil Siska, mendekatinya. Namun, saat Siska menyentuh pundak Dian, tubuh itu terjatuh ke tanah. Wajah Dian pucat, matanya kosong, dan bibirnya menyeringai aneh.

Arman menarik Siska menjauh. "Ini bukan Dian!" bisiknya dengan suara gemetar. Sebelum mereka bisa berpikir, suara langkah kaki dan tawa pelan mulai terdengar dari semua arah. Bayangan hitam bermata merah muncul satu per satu di antara pepohonan, mendekat perlahan.

Siska dan Arman mencoba lari, tetapi jalan setapak yang mereka lewati sebelumnya sudah hilang. Mereka seperti terjebak dalam labirin tanpa ujung. Cahaya senter mulai redup, dan suara panggilan berubah menjadi teriakan mengerikan.

Malam itu, warga desa mendengar jeritan panjang dari dalam hutan, tetapi tidak ada yang berani masuk. Keesokan harinya, mereka hanya menemukan kamera Arman di tepi hutan. Saat kamera itu diputar, rekamannya hanya berisi gambar-gambar buram bayangan hitam dan suara panggilan lirih: "Siska... Dian... Arman... kalian milik kami sekarang..."

Comments

Popular posts from this blog

Fatamorgana

Penantian Tanpa Akhir

Ambiguitas dan Mimpi