Cinta Di Bawah Hujan
Hujan turun deras sore itu, membasahi jalanan kota kecil tempat Ayu menunggu bus yang tak kunjung datang. Ia berdiri di bawah halte tua dengan payung lipat yang sudah bocor di beberapa bagian, berusaha melindungi dirinya dari dinginnya hujan.
Di seberang jalan, seorang pria berdiri di bawah pohon besar. Ia tampak sibuk memegang gitar yang terbungkus plastik seadanya, melindunginya dari hujan. Ayu memperhatikannya sesaat, merasa iba melihat pria itu.
Saat hujan semakin deras, angin meniupkan air ke arah pria tersebut. Ayu, tanpa berpikir panjang, melangkah menyeberangi jalan dengan payung kecilnya.
"Mas, pakai payung ini," katanya, menyerahkan payung tersebut.
Pria itu terkejut sejenak, kemudian tersenyum. "Kalau saya pakai, nanti Mbaknya kehujanan."
Ayu tersenyum kecil, menggigil karena sudah basah kuyup. "Tidak apa-apa, yang penting gitar Mas tidak rusak."
Pria itu menatap Ayu penuh terima kasih. "Terima kasih, Mbak. Saya Galih."
"Ayu," jawabnya singkat.
Hujan semakin deras, dan mereka berdiri bersama di bawah pohon. Galih, yang merasa tidak nyaman membiarkan Ayu basah, memutuskan untuk memayungi Ayu dengan jaketnya yang tipis.
"Kenapa rela kehujanan demi orang yang baru saja dikenal?" tanya Galih.
Ayu tersenyum, meski tubuhnya gemetar. "Entahlah. Mungkin karena aku tahu bagaimana rasanya berusaha melindungi sesuatu yang berharga."
Galih tersenyum mendengar jawaban itu. Dalam percakapan singkat di bawah hujan, mereka saling berbagi cerita tentang hidup. Galih adalah seorang musisi jalanan yang sedang mencari kesempatan di kota ini. Ayu, di sisi lain, baru saja keluar dari pekerjaannya karena perusahaan tempatnya bekerja bangkrut.
Hujan sore itu menjadi awal dari sebuah pertemanan yang perlahan tumbuh menjadi cinta. Ayu sering mendampingi Galih saat ia bermain gitar di sudut-sudut kota, dan Galih selalu ada untuk menyemangati Ayu saat ia berusaha mencari pekerjaan baru.
Beberapa bulan kemudian, saat hujan kembali turun seperti hari pertama mereka bertemu, Galih berdiri di bawah pohon yang sama. Dengan gitar di tangannya, ia memainkan lagu yang ia ciptakan khusus untuk Ayu.
"Aku ingin menghabiskan lebih banyak hari di bawah hujan bersamamu, Ayu. Maukah kamu menjadi bagian dari hidupku?"
Dengan mata berkaca-kaca, Ayu mengangguk. Hujan hari itu tak lagi terasa dingin, karena cinta mereka menghangatkannya.
Cerita ini mengajarkan bahwa cinta bisa tumbuh di tempat dan waktu yang tak terduga, bahkan di bawah hujan yang deras.
Comments
Post a Comment