Di Bawah Bintang yang Sama
Di sebuah kota kecil di Jepang, terdapat dua orang yang tak saling mengenal—Haruto, seorang pemuda yang bekerja sebagai desainer grafis, dan Aiko, seorang guru bahasa Inggris yang baru pindah ke kota tersebut. Mereka memiliki rutinitas yang hampir sama setiap hari, namun tak pernah bertemu, meski mereka sering berpapasan di jalan yang sama.
Suatu malam, saat festival Obon yang diselenggarakan di kota itu, mereka akhirnya bertemu. Aiko, yang tidak terbiasa dengan festival tersebut, merasa canggung dan kesulitan berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Haruto, yang sudah lama mengenal festival ini, melihat Aiko yang tampak kebingungan dan memutuskan untuk mendekatinya.
"Apakah kamu baru di sini?" tanya Haruto dengan senyum hangat.
Aiko, sedikit terkejut namun merasa lega, mengangguk. "Iya, saya baru pindah ke sini. Tidak tahu banyak tentang tradisi ini."
Dengan lembut, Haruto menawarkan untuk menemani Aiko berjalan-jalan di festival. Mereka menikmati lampion yang berkelap-kelip, suara musik tradisional, dan tawa riang orang-orang di sekitar mereka. Haruto dengan sabar menjelaskan tentang makna di balik berbagai ritual Obon, sementara Aiko mendengarkan dengan penuh perhatian.
Seiring berjalannya waktu, mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Haruto mengajak Aiko untuk mencoba berbagai masakan lokal, dan Aiko mengajaknya untuk melihat matahari terbenam di tepian danau yang indah. Mereka berbagi banyak cerita—tentang masa lalu, tentang impian mereka, dan tentang hal-hal sederhana yang membuat mereka bahagia.
Pada suatu malam yang cerah, saat mereka berdua duduk di taman, menatap langit yang penuh bintang, Aiko berkata, "Haruto, aku merasa seperti kita telah mengenal satu sama lain lebih lama dari yang sebenarnya. Entah kenapa, saat bersama kamu, aku merasa nyaman sekali."
Haruto tersenyum lembut dan menggenggam tangan Aiko. "Aku juga merasa begitu, Aiko. Seperti kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Mungkin, meskipun kita tak tahu kapan dan bagaimana, bintang-bintang di langit sudah mempertemukan kita."
Malam itu, mereka duduk berjam-jam, berbicara tentang kehidupan, sambil memandangi bintang yang bersinar terang di langit malam. Tanpa kata-kata lebih, mereka tahu bahwa ini adalah awal dari sebuah perjalanan yang penuh cinta.
Sejak malam itu, cinta mereka tumbuh perlahan, namun pasti. Tidak ada janji yang megah atau ungkapan yang berlebihan, hanya dua hati yang saling memahami dan saling mendukung. Mereka belajar bahwa cinta tidak selalu tentang kata-kata indah atau momen yang dramatis, tetapi tentang kebersamaan dalam hal-hal kecil, seperti menatap bintang yang sama, dan merasakan kedekatan dalam diam.
Akhirnya, mereka tahu, bahwa meski banyak hal di dunia ini tak pasti, satu hal yang pasti adalah—mereka akan selalu berada di bawah bintang yang sama, bersama.
Comments
Post a Comment